Puluhan barang kerajinan tangan berbahan eceng gondok menyesalti rumah berukuran sekitar 6 x 7 meter. Di setiap sudut ruangan, barang berbahan baku tanaman sungai itu berderet dengan rapi. Ada rak sepatu, topi, tas, kerangka hiasan lampu, keranjang, partisi ruangan, dan sebagainya.
Wiwit Manfaati baru mengontrak tempat showroom usaha handicraft tersebut sekitar dua bulan lalu. Lokasi itu tak jauh dah rumah kediamannya dj kawasan Kebraon Indah Permai. Dari usahanya yang dia tekuni bersama sang suami dalam lima tahun terakhir tersebut, akhirnya Wivvit Collection meraih predikat terbaik 1 untuk kategori Handicraft. Sedangkan penghargaan untuk kategori Fresh Food diraih UMKM Rosela dari Simokerto dan kategori Grocery Food dipegang UMKM Mandiri Sejahtera dari Genteng.
Wiwit menceritakan, UMKM yang dikembangkannya bukanlah UMKM dadakan. Meskipun berawal dari sebuah keisengan mengisi waktu luang. Ibu tiga anak itu menjelaskan, pada 2007 pemkot mengadakan pelatihan kerajinan tangan di kantor kecamatan dan Wiwit menjadiserta menyulam.
Itu pun dilakukannya hanya karena senang dan hasilnya untuk dipakai sendiri. Meski pada akhirnya dijual juga, namun dalam skala kecil dan dilakukan tidak secara profesional. "Sebenarnya, eceng gondok ini termasuk baru bagi saya. Waktu pertama mencoba, saya kesulitan. Membuat tas, anyamannya banyak yang menceng," ujarnya.
Meski demikian, Wiwit tetap mencobanya terus. Ternyata. angka kesulitan menganyam eceng gondok tidak malah membuatnya menyerah. Bahannya yang tergolong ulet dan keras diakuinya memang berbeda jauh bila dibandingkan dengan merajut anyaman dengan bahan benang atau pita. Sebaliknya, dia malah tertantang. Apalagi, di belakang rumahnya ada waduk dan tempat itu dijadikan area pengepul bahan dasar eceng gondok kering. Jadi, dia tidak kesulitan untuk mencari atau membeli bahan bila inginberkreasi atau bereksperimen.
Lama-kelamaan Wiwit bisa membuat anyaman yang bagus. Awalnya dia tidak berpikir mau menjualnya. Yang ada di pikirannya membuat barang yang berkualitas sebanyak-banyaknya. "Sewaktu ada orang pemkot sedang road show acara green and clean, dia tertarik pada kerajinan yang sedang saya buat. Lalu barang-barang saya dibawa ke bappeko untuk dipamerkan," jelasnya
Sekarang omzet penjualan kerajinan karya ibu tiga anak itu bisa mencapai Rp 15 juta perbulan. "Keuntungan bersihnya bisa setengahnya," ungkap dia. Wiwit juga sudah bisa mempekerjakan ibu rumah tangga dari kampung sebelah.
Sejak pertengahan 2010, suami yang awalnya masih berprofesi sebagai wirausaha berbagai bidang, seperti jual kembang dan sepatu, bahkan sopir rental mobil, memutuskan untuk lebih fokus sepenuhnya di UMKM Wiwit Collection.
Post a Comment